SARWO
EDHIE dan TRAGEDI 1965
Karya
PETER
KASENDA
BAB
1
PENDAHULUAN
Pada
dini hari tanggal 1 Oktober 1965, Men/Pangad Letjen Achmad Jani dan 5 orang
staf umumnya di culik dari rumah rumah mereka di Jakarta dan di bawa dengan
truk ke area perkebunan di Lubang Buaya . Para penculik membunuh Achmad Jani
dan 2 jenderal lainnyapada saat penangkapan berlangsung . Tiba di areal
perkebunan beberapa saat kemudian pada pagi hari itu , mereka membunuh 3
jenderal lainnya dan melempar 6 jasad mereka ke sebuah sumur mati . Seorang letnan yg salah tangkap dari rumah
jenderal ketujuh yg lolos dari penculikan , menemui nasib di lempar ke dasar
sumur yg sama .
Pagi
hari itu juga , orang orang di balik peristiwa pembunuhan inipun menduduki
stasiun RRI dan menyatakan diri sebagai anggota pasukan yg setia kepada
Presiden Soekarno . Tujuan aksi mereka untuk melindungi Soekarno dari komplotan
jenderal kanan yg akan melancarkan kudeta . Mereka menyebut nama pimpinannya
Komandan Batalyon I Kawal Kehormatan Tjakrabirawa Letkol Untung yg bertanggung
jawab mengawal Soekarno dan menamai gerakan mereka G-30-S . Dalam sebuah unjuk
kekuatan , ratusan prajurit pendukung G-30-S menduduki Lapangan Merdeka
(sekarang Lapangan Monas) . Lalu pada sore hari tanggal 1 Oktober 1965 ,
seperti menanggapi isyarat dari Jakarta , beberapa pasukan di Jawa Tengah
menculik 5 perwira pimpinan mereka .
Kesulitan
memahami G-30-S karena gerakan tersebut sudah kalah sebelum kebanyakan orang
Indonesia mengetahui keberadaannya . G-30-S tumbang secepat kemunculannya .
Dengan tidak adanya Men/Pangad Letjen Achmad Jani , Pangkostrad Mayjen Soeharto
mengambil alih komando AD pada pagi hari tanggal 1 Oktober 1965 dan melancarkan
serangan balik pada sore harinya . Pasukan G-30-S meninggalkan stasiun RRI dan
Lapangan Merdeka yg sempat mereka duduki selama 12 jam saja . Semua pasukan
pemberontak akhirnya ditangkap atau melarikan diri dari Jakarta pada pagi hari
tanggal 2 Oktober 1965 . Di Jawa Tengah , G-30-S hanya bertahan sampai tanggal
3 Oktober 1965 dan lenyap sebelum sempat menjelaskan tujuan mereka kepada
public , bahkan pimpinannya belum sempat mengadan konferensi pers dan tampil
memperlihatkan diri di depan kamera pada fotografer .
G-30-S
menyatakan aksi aksi mereka melawan para jenderal untuk menjamin keselamatan
Presiden Soekarno . Tetapi persetujuan Soekarno terhadap aksi aksi tersebut
menjadi masalah dalam rencana itu . Rupanya mereka bermaksud menahan 7 jenderal
itu , kemudian melaporkannya kepada Soekarno dengan harapan ia akan menyatakan
terima kasihnya . Dengan demikian gerakan tersebut dapat diterima dalam
lingkungan AD sendiri dan daerah daerah di luar Jakarta . Dengan perlindungan
Soekarno , kepemimpinannya AD akan terpaksa menerima kenyataan karena tidak
punya pilihan lain .
Bukti bukti di Mahmilub menimbulkan kesan para anggota
komplotan itu tidak merencanakan pembunuhan para jenderal . Sjam Kamaruzaman
dalam sidang perkaranya mengemukakan tujuannya adalah menahan para jenderal itu
lalu menyerahkannya kepada Dewan Revolusi yg akan menyelidiki rencana kudeta
mereka . Sebagai komnadan militer dalam komplotan itu , Letkol Untung
bertanggung jawab atas rencana dan pelaksanaan penculikan para jenderal . Dalam
sidang perkaranya , ia menyangkal telah memerintahkan pembunuhan . Tetapi ia
mengakui telah menginstruksikan Komandan Pasopati Lettu Dul Arief yg memimpin
penyergapan ke rumah rumah para jenderal tidak seorang pun dibiarkan lolos .
Beberapa anggota pasukan penyergap ini menyatakan Dul Arief memerintahkan
mereka untuk mengambil para jenderal iti “hidup atau mati” . Dalam peristiwa
itu , 3 jenderal termasuk Achmad Jani melawan dan dibunuh di rumah masing
masing . Sedangkan yg lainnya di bawa hidup hidup ke Lubang Buaya .
Mengutip Ulf Sundhaussen , pembunuhan para jenderal
terkemuka itu merupakan peristiwa yg luar biasa dan tidak konsisten dengan kaum
pembangkang dalam tentara . Peristiwa itu untuk pertama kalinya memasukkan
tingkat kekerasan yg sama sekali baru ke dalam dunia politik di Jakarta .
Pertanyaannya adalah bagaimana peristiwa peristiwa itu sampai bisa terjadi ?
Argumen yg di kemukakan AD tingkat fanatisme di pihak perilaku G-30-S akibat
dari indoktrinasi PKI yg mendalanginya .
Ungkapan Belanda EENMALIG digunakan untuk melukiskan
sesuatu yg terjadi hanya sekali . Setiap orang harus siap untuk muncul dalam
panggung sejarah pada waktu dan saat yg tepat . Ungkapan tersebut cocok untuk
melukiskan sosok Sarwo Edhie Wibowo dalam panggung sejarah , khususnya dalam
hari hari panjang penumpasan G-30-S dan menegakkan Orde Baru .
Kol Sarwo Edhie Wibowo tidak mempunyai
pasukan yg cukup banyak . Terpaksa para prajurit staf yg belum memiliki
kualifikasi sebagai pasukan Baret Merah segera di beri pakaian tempur loreng
loreng berikut baret . Tujuannya untuk memberikan kejutan pada lawannya .
Popularitas Kol Sarwo Edhie Wibowo yg meroket di tengah pergolakan politik mengusik Mayjen Soeharto . Ia pun di singkirkan dari pusaran kekuasaan dan di beri jabatan Pangdam Bukit Barisan .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar